Komuni Pertama

 

Komuni Pertama, 18 Juni 2017

Komuni pertama... salah satu dari ketiga sakramen inisiasi dalam agama Katolik. Sakramen Ekaristi atau komuni pertama adalah satu-satunya cara supaya kita sebagai umat Katolik mampu menerima tubuh dan darah Kristus dalam Perayaan Ekaristi.

Aku bersyukur kepada Tuhan karena rahmat-Nya sehingga aku diberi kesempatan yang baik, pengalaman dan perjalanan iman baru yang menuntunku supaya menjadi pribadi yang semakin lebih baik kedepannya.. Aku yakin setiap perjalanan iman yang aku lalui akan membentuk diriku yang lebih baik dan lebih dewasa, terutama lebih dewasa dalam iman akan Tuhan.

Saat persiapan penerimaan sakramen

Komuni pertama pun juga mengingatkanku akan perjalanan sengsara yang akan Yesus alami. Sebelum Dia menanggung sengsara, Ia melakukan perjamuan malam terakhir bersama murid-muridNya dengan berdoa bersama dan menyantap makanan rohani, dimana Yesus berdoa bahwa roti tersebut adalah lambang dari tubuh-Nya dan anggur itu adalah lambang dari darah-Nya.

Banyak hal yang perlu aku siapkan untuk memantaskan diri, terutama iman akan Tuhan yang aku miliki harus siap supaya layak dan pantas menerima tubuh dan darah Kristus, seperti pendampingan iman dan hati yang terbuka akan kehadiran Allah di kehidupanku.

Sakramen ini aku terimakan ketika aku berada di kelas 4 SD. Ada banyak teman-temanku yang ikut berpartisipasi didalam penerimaan sakramen ini. Ini adalah foto-foto bersama teman-temanku😄

Continue Reading

My Badminton Journey (Part 2)

I'm Gonna Be The Champion

Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang kulalui didalam badminton. Banyak sekali kisah yang dapat aku ceritakan😊

Namun, pada kesempatan ini aku ingin cerita pengalaman dalam mendapatkan juara bulutangkis pertama kalinya dari hasil latihan terus menerus, usaha dan niat yang aku miliki.

Saat aku berada di lapangan

Nahh, gambar diatas adalah sekilas dari prestasi pertama yang aku dapatkan di bulutangkis. Pada waktu itu, aku berkesempatan mendapatkan juara 2 di O2SN Tingkat Kecamatan, yakni kecamatan klojen. O2SN itu sendiri adalah Olimpiade Olahraga Siswa Nasional yang diadakan oleh kemendikbud dan selalu ada setiap tahunnya.

Piala itu aku dapatkan saat aku menginjak kelas 3 SD. Perjalanan dari TK hingga SD untuk mendapatkan prestasi pertamaku. Aku cukup bangga karena mampu mendapatkan juara 2 tersebut walaupun dipertemukan dengan anak-anak yang umurnya diatasku karena O2SN biasanya dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan (SD, SMP, dst.)

Waktu itu, aku bermain di Sekolah Mardiwiyata dengan didamping orang tua tentunya serta Pak Berto selaku pendamping dan guru olahraga sekolah saya yang ikut menemani saya disana.

Saya merasa bersyukur karena saya mampu bermain dengan lepas, dalam artian tidak memikirkan menang atau kalah, yang penting aku telah berusaha. Mungkin juga itu efek bermain di masa kecil, aku bisa enjoy dan menikmati permainan dengan baik tanpa adanya tekanan untuk memikirkan hasil kedepannya (baik hasil yang baik atau kurang memuaskan)

Memegang piala tersebut memerlukan banyak hal yang aku lalui, banyak juga orang yang berperan supaya aku berhasil mendapatkan hasil tersebut. Niat dan semangat yang aku miliki, ilmu yang aku dapatkan dari berbagai pelatih yang mendidikku sejauh ini dan semua orang yang sudah men-support aku mulai dari nasihat, dsb.

Tentunya juga orangtua yang membimbing, menemani dan selalu men-support berbagai hal seperti didukung untuk mengikuti club, dsb. Mereka juga membuka pikiranku supaya terus semangat dan membuka pikiranku supaya aku juga mengerti yang aku inginkan dari bulutangkis, yakni menjadi juara. Bukan hanya juara bagi diri sendiri namun juga menjadi juara bagi sekitar saya. Saya ingin membuktikan bahwa saya mampu dan pantas serta membanggakan diri sendiri, orangtua, sesama yang ikut terlibat untuk diri saya dan tak terlupa bagi Tuhan yang memberikan seluruh hal tersebut bagi diri saya.

~Bersambung Part 3~

Badminton for My Life

Continue Reading